Baper Dan Bersikap Baik Kepada Lawan Jenis

Case 1 :
X : ga ada bapernya dikasih ginian sama cowok ? 
Y : biasa aja
X : sumfeeh lo, gila! Melted dikit kek. Ga ada desirnya apa ? Gimana kek gitu
Y : terima kasih sudah mewakili bukannya ?
X : au amat lah. Sadis lo mah.
Y : salah deui, haha
Case 2 :
X : susah amat peka sih. Itu kode
Y : tau kok, tapi daripada numbuh dan ngasih harapan yang engga mungkin. Mending gini kan ?
X : susah banget sih buat buka hati!
Y : engga ada yang nutup dan bukan gamau buka, cuma menjaga. Dan please, engga gampang loh mau buka atau nutup sekalipun
X : itu temen kamu banyak cowok loh, engga ada apa yang nyangkut satu aja
Y : nyangkut? dikira apaan haha x_x well nyaman engga harus jadi berlebih kan? 
X : baper juga engga ada gitu?
Y : sekalipun aku baper, aku baper dikondisikan. numpang lewat aja, engga yang sampe melted trus bikin jadi caper bikin selalu ingin tahu dan komunikasi, dan engga sampe numbuhin harap
X : eh emang baper bisa dikondisikan?
Y : bisalah, kalo kamu punya batasan, punya self-controlling
kalau segala hal yang berkaitan dengan rasa diturutin, apa kabar pekerjaan dan segala aktifitas lainnya? 
singkatnya sih hanya sedang berpikir bahwa tidak selamanya rasa nyaman harus berakhir dengan berpacaran, apa salahnya ketika kita memang menjaga baik komunikasi maupun sikap kita kepada orang lain. bersikap baik terhadap siapa pun memang sudah kewajiban, bukan ? mengenai bagaimana reaksi mereka terhadap kita, sepenuhnya itu kendali mereka. kita bukan tidak bisa mengendalikan rasa yang hadir, hanya saja mungkin pemahaman dan cara menyampaikan rasa itu yang berbeda-beda. beberapa orang termasuk aku dulu dengan mudahnya mengatakan bahwa segala rasa nyaman pada lawan jenis merupakan rasa cinta yang patut dicurahkan dan mendapatkan balasan, padahal nyatanya ? mari pikirkan kembali.
tidak perlu membatasi kebaikan kita kepada siapa pun, yang perlu hanya mengkondisikan perasaan untuk tidak begitu saja mudah jatuh hati. memberikan batasan pada rasa yang tiba-tiba hadir menyergap, bila kiranya bisa diteruskan pasti akan ada jalannya, namun bila tidak yasudah, sudahi saja dan jaga rasa itu. seperti kata abang @curhatmamat “jatuh hati boleh, tapi kalau engga bisa untuk jatuh cinta ya jangan”. Belajar untuk mendewasakan hati ketika menanggapi perasaan diri sendiri. 
dan kata siapa aku tidak pernah baper, aku pernah baper, tapi tidak menjadikan baper itu berlebihan, cuma sekedar oh ya tau, udah gitu aja, tidak perlu dibesar-besarkan apalagi dilebih-lebihkan. cukup disimpan sendiri tanpa perlu memberikan kode perhatian berlebih yang membuat orang lain tidak nyaman atau bahkan kode bahwa aku tertarik. aku bisa menjaga perasaan hingga tidak menimbulkan baper karena aku belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, dan lagipula sudah terbiasa untuk menghindari ke-baper-an itu sendiri
jadi, sudah tahu mengapa aku bersikap demikian ? sudah tahu mengapa aku bisa seperti ini ? 

Fyi : Bukan bermaksud apa-apa, hanya hendak menyuarakan apa yang terlintas di pikiran dan menanggapi komentar beberapa pihak mengenai aku yang katanya tidak mengunakan hati dengan baik (?)

Komentar