A-yah A-yo Pu-lang

Hari ini saya begitu trenyuh menahan tangis di kamar saya. Tepat malam ini, pukul 20:41. Menyaksikan bulir demi bulir peluh ayah saya menetes; orang yang siang malam berjuang agar saya bisa tidur nyenyak, makan enak, dan dapat ilmu banyak.
Mulai kemarin lusa, selepas menghadiri sebuah acara di Jakarta, ayah merelakan waktunya satu hari penuh untuk adik saya laki-laki yang pada saat itu berulangtahun. Dia tidak minta hadiah apapun, dia hanya minta satu hari penuh bersama ayah, dan ayah menyanggupi. Walaupun raut mukanya kelelahan. Dan hari itu, saat adik saya senang bukan kepalang keinginannya terkabul, saya tahu detik itu ayah sedang sibuk menahan letihnya, kepalanya pusing tiada henti. Buktinya, malamnya beliau memanggil saya seperti biasa, untuk memijat kakinya, tanpa berkata-kata. Pintanya sudah cukup menceritakan semuanya.
Dan pagi-pagi sekali, ayah kembali berangkat kerja. Menyiapkan materi. Sepuluh bab beliau kejar, untuk mengisi kelas di sebuah universitas. Saya mengantar beliau hingga ke depan.
Esoknya, saya sudah bertanya pada ibu kapan beliau pulang. Kata ibu, nanti sore… dan sore ini, ayah datang. Mukanya terlipat oleh lelah. Rambutnya berantakan. Lalu ayah hanya minta untuk dikupaskan semangka. Baru sejenak ayah duduk, sudah ada orang bertamu, mengajak bicara masalah pekerjaan. Ayah takmau disela oleh istirahat, ditemuinya orang itu. Bertiga; ayah, orang itu, dan muka lelahnya—-tentu saja.
Lalu ayah kembali memanggil saya, untuk memijat kakinya. Beliau berkata pada saya, “Ya gitu enak, Papa sambil tidur sebentar.” Sebentar, sungguh sebentar. Selang beberapa menit beliau turun dari kasur. Mengambil jaket dan sandal. Lalu dijemput rekan kerjanya. Padahal ibu baru saja selesai menyiapkan makan malam.
Saya sempat marah, ayah ini susah sekali diminta istirahat. Lalu sebuah pesan BBM masuk, beliau mengirim gambar pekerjaannya yang sedang dalam proses. Lalu saya mulai cerewet mengingatkan makan, menjaga kesehatan, dan ini itu. Ayah hanya membalas pesan panjang saya dengan :
:)
Ya. Hanya smiley seperti itu.
Pulanglah yah, istirahat. Suap nasi yang kau cari berhari-hari belum sempat kau nikmati.
Yah, maaf ya kemarin-kemarin sempat bilang sebentar waktu diminta memijat. Yuk istirahat yuk.
Yaaak pasukan mulai menggenang di pelupuk dan siap terjun! Hahaha :”)
Selamat Hari Ayah, dan salam hangat untuk ribuan laki-laki penuh tanggung jawab di luar sana yang masih harus bekerja sampai larut. Semoga selalu dilindungi Allah. Semoga lelah mencari nafkah menjadi penghapus dosa-dosa.

Komentar