Postingan

JAKARTA?

Jakarta adalah ibu yang kelelahan melihat pola anak anaknya yang terlalu nakal. Kemacetan, polusi, banjir dan segala kriminalitas di dalamnya tidak membuat anak-anak yang tinggal Jakarta menjadi kapok. Barangkali kota ini pelan-pelan telah mengajarkan penduduknya untuk menjadi bebal. Menjadi kebal terhadap penderitaan yang ditumpuk dari hari ke hari. Ia menjadi candu yang membuat penduduknya menjadi masokis, menyukai luka juga penderitaan. Tapi pernahkah kamu jatuh cinta pada Jakarta? Pada setiap detik kebisingan dan rasa panas peluh yang bercampur aroma bacin keringat beribu orang? Pada hujan yang turun dan meluapkan sampah juga beragam penyakit dari kulit tikus tikus selokan yang menjijikan? Aku pernah. Barangkali pada satu hari, ketika semua itu adalah metafor, kota ini adalah mercusuar hidup yang memberikan mereka yang jatuh cinta cahaya. Untuk kemudian dibuat hancur menabrak karang. Tapi bukankah Jakarta adalah kota yang mengajarkan kita tentang cara bertahan...

Jangan Dibutakan Perasaan Kecewa

Saya sedang menyesali lisan ini, apa kabar ia nanti di akhirat? Masya Allah dihukum seperti apa setelah ia angkat bicara, bersaksi atas apa-apa yang telah saya katakan di dunia. Hati-hati dengan perasaan kecewa. Karena ia bisa menjadi peluru, yang membuat kaliber dapat melepas tembakan. Saya pernah dikecewakan, ya mungkin layaknya anak muda kebanyakan—-jatuh hati lalu demikian dijatuhkan di sembarang tempat hingga pecah porak poranda. Entah apapun alasan dibalik dia yang tiba-tiba menghilang, sepertinya itu lebih baik untuk kami berdua. Saya menuliskannya bukan untuk ajang curhat kali ini, lebih ke berbagi cerita agar banyak orang bisa lebih baik lagi, tidak seperti saya di masa lalu. Singkat cerita saya sempat lama susah menerima perubahan yang ada di sekitar kami. Saya sering menyalahkan kondisi, perkuliahannya, lingkungannya, ah semua saya salah-salahkan, semua yang saya anggap merubah dia. Ya, saya masih belum terima saja dulu, waktu dia yang saya kenal mendadak berubah begitu alim...

Kepada Palestine;

Selamat malam, aku tak bisa menyapamu pagi atau siang hari ini pada wajah Yerusalem matahari tak lagi bersahabat ia menolak semua jenis sapa pun surat bagaimana kabar raja tikus dan presiden serangga? sudikah mereka berbagi wilayah? telah sampai ditelingaku jika mustasfah dan rumah-rumah rata semua surat ini ku tulis dengan sedikit keberanian tak sebanding dengan nyali balita dan remaja penjaga kompleks kota tua Al Aqsa karena itulah alamatmu tak tertera hanya sedikit pesan pada pak pos "hati-hati pada manusia berlamina" hanya berikan pada para ibu dan bayinya ayah-ayah dengan mayat putranya Tapi maafkan, ini hanya surat bukan pangan atau obat yang tidak sekarat dengan alasan apapun, terlaknatlah mereka pencipta penjara tak kasat mata. aku harap surat ini, sempat kau baca atau setidaknya sampai dipangkuan lantaran pasti beradu cepat dengan peluru serta bom minyak mentah yang memburu namun jika datang terlam...

Mencoba Membuat Diri Menjadi Lebih Baik

Cobalah untuk menurunkan ekspektasimu terhadap orang lain, agar kamu tidak kecewa karena mereka pasti memiliki kekurangan. Sebab kita seringkali tidak bisa memberi ruang pada rasa kecewa di hati kita. Cobalah untuk melemaskan egomu terhadap setiap kehendak, agar kamu tidak lelah dalam menjalani hidup. Sebab banyak sekali urusan kita yang harus bersinggungan dengan banyak orang, sementara setiap orang memiliki kehendaknya masing-masing. Cobalah untuk melapangkan ruang penerimaan. Sebab, menerima orang lain itu lebih sulit daripada saat menumbuhkan perasaan berharap. Sebab, seringkali kita sulit menerima karena kita seringkali merasa tidak diterima. Dan sekalinya ada yang bersedia menerima kita, kita yang seringkali tidak bisa menerimanya. Membuatnya kecewa dan pergi. Cobalah untuk berani mengakui kesalahan. Sebab, hidup ini bukan tentang menang dan kalah. Kebahagiaan yang hakiki tidak hadir karena kita bisa mengalahkan orang lain. Mengakui kesalahan, bersedia untuk bertanggungjaw...

Merelakan

Merelakan Adalah satu kata kerja yang beratnya setengah mati. Seperti menghempaskan segalanya. Yang masih takut bagi kita untuk menerka-nerka bagaimana rasanya setelah terhempas. Hingga akhirnya kita hanyalah ketakutan-ketakutan kita sendiri, kumpulan kecemasan. Seperti menghirup dan menghela nafas, mungkin begitulah kerelaan. Kita membutuhkan waktu dan tenaga lebih dalam menghirup, membiarkan udara memenuhi rongga dada lalu setelah terisi, dengan satu hembusan.. semua yang sudah diusahakan, dilepaskan. Tapi kita tidak hancur, kita justru merasa utuh. Lalu melakukan kerelaan-kerelaan itu terus. Untuk bertahan, bahkan. Menghirup dan menghembus, menghirup dan menghembus, begitu seterusnya. Ada satu hal penting dalam sebuah kerelaan; memahami. Bagaimana cara kita memahami, entah itu situasi, perasaan, orang lain, hal-hal yang pergi serta tidak bisa kita kendalikan, dan banyak lagi. Barangkali ketika kita berat untuk melepaskan, kita hanya belum bijak memahami; bahwa semua hanya titipan....

Pfffft

Terkadang kita suka mempersulit hidup kita sendiri. Terlalu mengecam bahwa ini akan selalu berakhir seperti ini, itu dia bakal seperti itu. Kita menakuti sesuatu yang tidak pasti bakal terjadi. Pada akhirnya kita suka lupa, bahwa setiap manusia terlahir dengan beban yang sama di setiap pundaknya hanya saja macam bebannya yang berbeda. Setiap manusia juga mengalami cobaan, bukan cuma kita saja yang mengalaminya. Mana bisa kita hidup tanpa cobaan? Bisa-bisa kita tidak pernah tahu bagaimana rasanya bahagia, dan yang paling penting kita tidak akan pernah tahu bagaimana indahnya ikhlas itu, bagaimana susahnya sabar itu, dan bagaimana kita tidak ada apa-apanya tanpa Tuhan. Yang sering kita lakukan tanpa sengaja ketika Tuhan membuat kita harus berputar mencari jalan keluar adalah; mengeluh, protes padaNya, dan melakukan hal-hal bodoh yang bakal lebih menyakiti diri kita sendiri seperti lari dari masalah, atau membenci orang yang terlibat dalam masalah kita. Ayo kita hadapi hidup ini deng...

Menjaga Hati??

Ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan dengan mudah; hati termasuk diantaranya. Betapa Tuhan benar-benar bisa membolak-balikkan hati manusia. Dengan mudah menghadirkan pertemuan-pertemuan atau sebuah kesan sederhana yang kian hari kian rindang tumbuh mengakar di dalam hati kita secara diam-diam, perlahan, atau bahkan bisa dengan lantang dan tiba-tiba. Terkadang kita begitu yakin bisa menjaga hati ini dengan baik. Memfokuskan hati ini hanya pada hal-hal dekat dengan Tuhan. Tapi semua keyakinan itu mendadak patah ketika Tuhan mengirim seseorang yang kita cintai disaat yang belum tepat. Dan kita tidak rela melepaskan kesempatan itu; demi sebuah keyakinan menjaga hati. Atau barangkali, keyakinan itu hanya selingan? Hanya suatu hal yang kita gembar-gemborkan saat kosong. Yaaa…sebuah pembelaan bagi hati yang kerontang. Bolehkah begitu? Tidak. Ya. Eh. Bagaimana? bukannya kita diajarkan untuk tidak pernah main-main dan menyepelekan sebuah niatan baik? InsyaAllah selalu ada jal...