Jangan Dibutakan Perasaan Kecewa

Saya sedang menyesali lisan ini, apa kabar ia nanti di akhirat? Masya Allah dihukum seperti apa setelah ia angkat bicara, bersaksi atas apa-apa yang telah saya katakan di dunia.

Hati-hati dengan perasaan kecewa. Karena ia bisa menjadi peluru, yang membuat kaliber dapat melepas tembakan. Saya pernah dikecewakan, ya mungkin layaknya anak muda kebanyakan—-jatuh hati lalu demikian dijatuhkan di sembarang tempat hingga pecah porak poranda. Entah apapun alasan dibalik dia yang tiba-tiba menghilang, sepertinya itu lebih baik untuk kami berdua.

Saya menuliskannya bukan untuk ajang curhat kali ini, lebih ke berbagi cerita agar banyak orang bisa lebih baik lagi, tidak seperti saya di masa lalu. Singkat cerita saya sempat lama susah menerima perubahan yang ada di sekitar kami. Saya sering menyalahkan kondisi, perkuliahannya, lingkungannya, ah semua saya salah-salahkan, semua yang saya anggap merubah dia. Ya, saya masih belum terima saja dulu, waktu dia yang saya kenal mendadak berubah begitu alim dan sholeh.
Ini saya cemburu sama yang menciptakan hati dan perasaan ya ceritanya?
Sebenarnya saya sudah faham saya bukan yang paling benar (even saya yang ditinggalkan, tapi alasannya kalau dianya mau menjaga hati memang tidak bisa diganggu gugat hahaha) , tapi saya masih mencari celah pembenaran. Begitulah manusia :)

Saya kadang menganggapnya ekstrimislah, tidak punya hatilah, lalu saya curhat dengan teman saya perihal begini begitu kemudian menyulutlah perasaan kecewa itu yang membuat saya bicara macam-macam yang lebih jelek lagi. Karena jujur, bukannya seru ketika kita curhat, membuka aib orang, lalu orang lain mendukung kita? Setan itu punya banyak cara menyenangkan hati manusia. hahaha

Terlepas saya benar atau tidak tapi tingkah saya ini salah, saya minta maaf, saya sudah minta maaf kepadanya dan semoga Allah juga senantiasa memaafkan.

Lalu seiring berjalannya waktu saya sadar, manusia berhak memilih jalan mana saja yang ia kehendaki. Kita juga bisa menjadi apa saja yang kita mau. Kita memilih mana yang baik untuk kita, dan apa yang menurut kita baik ini belum tentu menurut orang lain baik. Kita hanya perlu meneruskan apa-apa yang menurut kita baik dan sepertinya Allah ridha. Itu saja, kita tidak perlu menghakimi mana-mana yang menjadi pilihan orang, yang baik dan tidak. Itu sudah ranahnya Allah.

Lebih bijak ketika tidak menghakimi, tapi duduk bersama, bertanya, memberi saran, dan berdiskusi. Jangan biarkan kecewa dan perasaan sombong itu menyetirmu ke segala arah! Muarakan padanya.
Terakhir, untuk meminimalisir perasaan kecewa; jangan terlalu menggantungkan diri pada sesama manusia. :)

Komentar