Subuh Tanpa Kata

Gadis itu berhenti menarikan jemarinya untuk menulis. Lama sudah dia tidak menuangkannya dalam paragraf. Karena segala sesuatu tentang tuannya itu, sudah terlanjur basah dia ungkapkan pada Tuhan.

Tiap jengkal perasaannya sudah tersampaikan. Jadi seakan tak ada lagi celah untuk dituliskan. Gadis itu kembali terdiam. Tidak tahu lagi apa yang harus ditulisnya. Tentang cinta? Apa benar dia mencintainya? Dia terlalu malu, terlalu takut. Tentang rindu? Inikah yang namanya rindu? Buktinya sudah reda dan tak semenggebu kata orang-orang..

Lalu apakah tentang doa? Gadis itu berpikir ulang. Menggeleng. Doa itu rahasianya. Doa itu percakapan Tuhan dengannya. Tak perlu diumbar-umbar. Sudah tak ada lagi yang perlu dituliskan. Kecemasannya sudah dibawa pulang oleh kepasrahan.

Jadi baiknya, yang ia tuliskan adalah diamnya. Apa-apa yang tak bisa kita rengkuh, bukannya akan terengkuh oleh doa? Kalaupun tidak, doa susah berhasil melapangkan hati dan menguatkan jiwa (:

Komentar