Kamu masih disitu, ya. Dan akupun seperti ini, masih disini. Kita berdua—entahlah aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya sama-sama diam di tempat. Aku tidak tahu bagaimana caramu mengusahakanku atau bahkan kamu memang takpernah segigih itu untuk memperjuangkan cerita ini tapi bagiku mau kau berjuang disana atau tidak, aku selalu seperti ini. Ya, persis seperti ini saat diam-diam aku menelusurimu lewatgadget, di dunia maya. Satu-satunya dunia penghubung bagimu dan orang sepertiku. Aku hanya bisa merasa bersamamu di social media. Tolong digaris bawahi me-ra-sa. Tapi gadis ini tak berani memulai percakapan, meninggalkan komentar, atau seperti yang lain dengan bebasnya meninggalkan emote-emote unyu. Sudah kubilang aku hanya diam di tempat.
Kabarnya kau seperti kupu-kupu; lari bila kukejar. Maka aku menggunakan logika yang sama agar kau datangi, diam bagai bunga yang punya nektar paling ranum sedunia. Tapi rasanya susah, aku lebih mirip seperti daun kering yang sudah jatuh menyentuh tanah. Yang kau lewati dan takbakal kau lirik. Maka aku menyerah untuk berharap kau datangi, ku kubur lagi segenap harap itu. Aku tidak pantas menjadi bunga, tidak akan bisa.
Dan seperti hari-hari sebelumnya, ini yang bisa kulakukan–sejenak mengambil nafas lalu kuhela pinta yang sama, “Ya Tuhan, semoga dia baik-baik saja disana.” Cukup seperti ini.
Terbanglah dengan baik..

Komentar