Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

‘Tamparan’ Untuk Pemendam Perasaan

Gambar
Foto: kaie3yelleee Duduk. Dan berpikirlah. “Aku yang lebih sayang sama kamu dibanding dia!” Kalimat itu bukanlah sebuah persoalan, karena besar atau tidaknya sebuah sayang tidak akan berarti apa-apa kalau semua itu cuma dipendam. Memendam perasaan bukan cara yang bagus untuk menunjukkan seberapa besar sayangnya kamu untuknya. Risiko terbesar memendam perasaan adalah melihat dia dimiliki seseorang yang sayangnya tidak sebesar sayangmu. Mau sayangmu lebih besar dari sayangnya, atau biarpun kamu yang lebih dahulu jatuh cinta padanya, semuanya sia-sia jika hanya dipendam. Kamu boleh bangga punya sayang lebih besar atau lebih dulu jatuh cinta padanya, tapi pemenangnya tetap mereka yang mengungkapkan. “Memendam perasaan” adalah makhluk yang akan menggerogoti hati sendiri… sampai habis. Tak bersisa. Memendam perasaan adalah bom waktu. Tinggal tunggu, meledak menjadi ungkapan perasaan, atau menjadi ledakan tangisan. Memendam perasaan karena takut jika mengungkapkan ...

Menunggu yang Pasti Bisa Lebih Menyakitkan

Gambar
Apa yang lebih pahit dari menunggu yang tidak pasti? Adalah menunggu yang pasti, tetapi sudah jelas akan terasa menyakitkan. Seperti sebuah cinta yang sedang kita jalani. Antara aku dan kamu, yang berbeda dari berbagai sisi. Perbedaan demi perbedaan tidak teratasi, bukan hanya dari dalam tapi juga dari luar diri, semuanya bergumul menjadi emosi. Ada yang aneh dari hubungan ini. Aku dan kamu tahu ini hanya sementara, ini akan segera berakhir. Akan tetapi, kita tetap memaksakan keadaan. Kita jalani ini seada-adanya. Aku sudah tahu apa akhir dari hubungan ini, begitu pun kamu. Tapi kita berdua seakan seperti Frodo dan Sam menentang dunia, berdua menyusuri jalan yang mustahil menuju Mordor. Mereka berdua berhasil. Namun kenyataan bukanlah Medieval. Kita bukanlah Hobbit. Waktu itu -waktu yang tidak kita tunggu tapi tetap akan datang itu- selalu menghantui. Aku hanya ingin menghabiskan detik demi detik sebuah penantian menuju perpisahan, dengan membuatmu tertawa bahagi...

Mengisahkan Sebuah Tunggu

Gambar
Foto: spesial Ting. Ting. Ting. Putaran sendok searah jarum jam mengitari diameter cangkir, sesekali beradu. Mengingatkan aku pada sesuatu yang kini sudah larut. Semua rasa ini, sayang, rindu, marah, benci, semuanya teraduk setelah kamu pergi. Ketika senja menjelang, aku sering melangkahkan kaki, melewati jalan-jalan yang biasa kita lalui. Kadang sejenak aku tertahan, terhenti, begitu terasa kenangan yang tak terbantahkan, tentang kamu yang tiada lagi. Kepalaku sering tertunduk mengamati. Mata ini begitu penasaran ke mana kaki ini akan pergi. Persimpangan pertama sudah terlewati. Itu tempat kita pertama perkenalkan diri. Sudah, itu bisa kubahas nanti. Persimpangan kedua terlewatkan. Di sana kita biasa berbisik pelan. Mengamati setiap orang di sisi jalan. Gelak tawa meledak tak tertahan. Aku tak tahan melewatkan persimpangan yang ketiga. Tempat itu kerap kita jadikan merajut asa. Yang katanya, hidup selalu bersama. Ya, hampir selamanya. Langkah kaki ak...

Alasan Kenapa Orang Bertahan Sejauh Itu

Gambar
Alasan Kenapa Orang Bertahan Sejauh Itu Foto: Picshut Pernah gak kamu bertanya, “Kenapa aku bertahan sampai segininya?” Padahal keadaan gak memungkinkan lagi, mustahil buat bersama. Kadang, seseorang gak tau alasan mereka bertahan sejauh itu dan melampaui batasnya. Ketika seseorang suka sama orang lain, dia pasti akan mencari tau banyak tentang orang itu. Gimana kabarnya dia, latar belakangnya, kebiasaannya. Kemudian dia akan menyesuaikan informasi-informasi tentang dia yang disuka dengan kebiasaan yang selama ini dia pegang. Bahkan beberapa orang ada yang memaksakan dan rela mengalah demi menyesuaikan kebiasaan dengan orang yang disukai itu. Contoh sederhananya adalah kalo kamu suka sama orang lain, maka apa yang menjadi kesukaannya adalah kesukaan kamu juga. Misalnya ketika kamu suka  orang dan orang itu suka klub bola tertentu, kamu bakal suka (atau mau gak mau mencoba) suka sama klub bola yang sama dengan dia. Itu namanya pengorbanan. Kemudian kondisi...

Merindukanmu, Cerita Lama Yang Tak Pernah Usang

Merindukanmu lagi, Terkirim lewat kelam yang bersenandung Tersampai lewat cercah dingin yang terkemas angin Merindukanmu lagi, 'Kepada Hati itu' Adalah cerita lama yang mampu terurai waktu Merindukanmu lagi, Adalah mimpi yang hanya menepi tak terbawa perahu pergi. .